Jumat, 30 Desember 2011

Laporan Fieldtrip Geologi Malang Selatan

Laporan Fieldtrip
Geologi
Disusun untuk memenuhi tugas Geologi







Disusun oleh:
Prima Noor Herfianto 105090300111031






JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMETIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2011

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Geologi yang mempelajari bumi, komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya. Geologi ini adalah salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh pada proses perkuliahan di jurusan Fisika Universitas Brawijaya. Dan kegiatan fieltrip ke Malang Selatan ini adalah salah satu kegiatan yang harus dipenuhi.

1.2 Tujuan

          Tujuan diadakannya fieldtrip geologi adalah untuk menerapkan ilmu-ilmu yang didapat selama perkuliahan geologi ataupun ilmu yang didapat dari dosen selama kuliah secara langsung di lapangan yaitu dengan melakukan pengamatan dan penelitian pada daerah yang didatangi. Selain itu juga agar dapat mengerti dan mengenal lebih baik dengan bahan-bahan yang telah diajarkan pada kuliah dengan mengenal fenomena-fenomena geologi dan mendeskripsikan proses-proses geologi tersebut.

1.3 Manfaat

          Dari kegiatan fieldtrip geologi ini, mahasiswa Fisika Universitas Brawijaya dapat lebih mengenal jenis-jenis batuan, fosil, fenomena-fenomena geologi seperti patahan, pengangkatan,pengendapan dan lain-lain.
























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Litosfer adalah kulit terluar dari planet berbatu. Secara harfiah litosfer adalah lapisan bumi yang paling luar atau biasa disebut dengan kulit bumi. Pada lapisan ini pada umumnya terjadi dari senyawa kimia yang kaya akan Si02, itulah sebabnya lapisan litosfer sering dinamakan lapisan silikat dan memiliki ketebalan rata-rata 30 km yang terdiri atas dua bagian, yaitu Litosfer atas (merupakan daratan dengan kira-kira 35% atau 1/3 bagian) dan Litosfer bawah (merupakan lautan dengan kira-kira 65% atau 2/3 bagian).
Litosfer tersusun atas tiga macam material utama dengan bahan dasar pembentukannya adalah Magma dengan berbagai proses yang berbeda-beda. Berikut merupakan material batuan penyusun litosfer,
1.  Batuan Beku
Batuan Beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuanekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi. batuan beku dibagi menjadi tiga macam,

a. Batuan Beku Dalam (Plutonik/Abisik)

Batuan beku dalam terjadi dari pembekuan magma yang berlangsung perlahan-lahan ketika masih berada jauh di dalam kulit bumi. Contoh batuan beku dalam adalah granit, diotit, dan gabbro.

b. Batuan Beku Gang/Korok

Batuan beku korok terjadi dari magma yang membeku di lorong antara dapur magma dan permukaan bumi. Magma yang meresap di antara lapisan-lapisan litosfer mengalami proses pembekuan yang berlangsung lebih cepat, sehingga kristal mineral yang terbentuk tidak semua besar. Campuran kristal mineral yang besarnya tidak sama merupakan ciri batuan beku korok.

c. Batuan Beku Luar

Batuan beku luar terjadi dari magma yang keluar dari dapur magma membeku di permukaan bumi (seperti magma hasil letusan gunung berapi). Contoh batuan beku luar adalah : basalt, diorit, andesit, obsidin, scoria, batuan apung (bumice).

2.  Batuan Sedimen

Batuan Sedimen merupakan batuan mineral yang telah terbentuk dipermukaan bumi yang mengalami pelapukan. Bagian - bagian yang lepas dari hasil pelapukan tersebut terlepas dan ditansportasikan oleh aliran air, angin, maupun oleh gletser yang kemudian terendapkan atau tersedimentasi dan terjadilah proses diagenesis yang menyebabkan endapan tersebut mengeras dan menjadi bantuan sedimen. Batuan Sedimen berdasar proses pembentukannya terdiri atas

a. Batuan sedimen klastik / mekanis adalah batuan yg terendapkan dari hasil rombakan batuan asal, contoh: konglomerat, breksi, batupasir, serpih, napal, batulempung.
b. Batuan sedimen organik adalah batuan yg berasal dari endapan bahan organis (binatang & tumbuhan), contoh: batugamping, batubara, batu gambut, diatomit.
c. Batuan sedimen kimiawi adalah batuan endapan akibat proses kimiawi, contoh: evaporit, travertin, anhidrit, halit, batu gips.
d. Batuan sedimen piroklastik adalah batuan endapan hasil erupsi gunungapi berupa abu/debu, contoh: tufa.
3. Batuan Metamorf (batuan malihan)
          Batuan Metamorf adalah salah satu kelompok utama batuan yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada sebelumnya,protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti "perubahan bentuk". Protolith yang dikenai panas (lebih besar dari 150 °Celsius) dan tekanan ekstrem akan mengalami perubahan fisika dan/atau kimia yang besar. Protolith dapat berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf lain yang lebih tua. Beberapa contoh batuan metamorf adalah gneis, batu sabak, batu marmer, dan skist.
Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf) Mereka terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya serta tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak antara magma dan batuan yang bersuhu tinggi.
Penelitian batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan bumi akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat berharga mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.
Batuan metamorf dapat dibedakan menjadi berikut ini.
a.  Batuan Metamorf Kontak
Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya suhu yang sangat tinggi (sebagai akibat dari aktivitas magma). Adanya suhu yang sangat tinggi menyebabkan terjadinya perubahan bentuk maupun warna batuan. Contohnya batu kapur (gamping) menjadi marmer.

b. Batuan Metamorf Dinamo
Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya tekanan yang tinggi (berasal dari tenaga endogen) dalam waktu yang lama. Contohnya batu lumpur (mud stone) menjadi batu  tulis (slate). Batuan ini banyak dijumpai di daerah patahan atau lipatan.
c. Batuan Metamorf Kontak Pneumatolistis
Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya pengaruh gas-gas yang ada pada magma. Contohnya kuarsa dengan gas fluorium berubah menjadi topas.




















BAB III
PEMBAHASAN
Geology Trip 2011 dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 11 Desember 2011yang dilaksanakan di Kabupaten Malang tepatnya Malang Selatan. Adapun beberapa tempat yang dituju antara lain: pertama yaitu  Desa Druju,kedua Desa Sumberagung, ketiga Sumbermanjing, Desa Sitiarjo, Kedung Kandang, Sidomulyo, Sidoasri dan yang terakhir Pantai Tambakasri. Field Trip ini diikuti oleh 34 orang mahasiswa Geofisika dan satu orang Dosen pembimbing Geofisika Universitas Brawijaya yaitu Adi Susilo.

Stopsite 1
Lokasi pertama yang dituju adalah Desa Druju. Hal yang dilakukan pertama kali didaerah tersebut adalah mengukur lokasi dengan menggunakan GPS. Data yang didapat antara lain posisi :S  0801436,7’’ dan E  112007’30,2’’, altitude 398 m.

Pada daerah ini, terdapat batu kapur, dimana kapur tersebut dulunya merupakan lautan. Batas kapurnya juga dapat diketahui dari Sungai Lesti yang mata airnya dari Semeru. Batuan sedimen kapur menjadi bukti bahwa Desa Druju dahulunya adalah laut. Sedimen kapur(Ca) berasal dari batu karang (CaCO3). Dari Desa Druju dapat diketahui adanya tebing yang melewati jurang pletes. Tebing ini menjadi bukti bahwa Desa Druju mengalami kenaikan dari tempatnya semula. Kenaikan ini disebabkan karena ada patahan. Di daerah ini pengangkatan terjadi sekitar 4-5 juta tahun  ( Pleosin).

Geomorfologi Desa Druju
Stopsite 2
Lokasi yang kedua yaitu Desa Sumber Agung tepatnya di Sungai Sumber Agung. Pada daerah tersebut data yang diperoleh yaitu posisi S 08˚2025,9’’ dan E 112˚4035,0’’, altitude  352 m.
Pada daerah banyak ditemukan jenis-jenis batuan. Daerah ini merupakan sungai berbatu. Diantara jenis-jenis batuan yang ditemukan, mayoritas batuan sedimen paling sering ditemukan, namun ada juga batuan beku,  clay, dan batu lintang (kalsit). Pada daerah ini juga ditemukannya fosil-fosil, fosil ini biasanya menempel atau menyatu pada batuan tersebut. Fosil-fosil ini berupa karang ataupun kerang. Sungai ini terdiri dari banyak batuan-batuan dengan bentuk yang runcing. Sehingga dapat diketahui bahwa sungai ini adalah sungai dengan sumber dekat. Dengan komponen batuan gamping dan tanah lempung.

Sungai Sumber Agung


 Stopsite 3
 Pada lokasi yang ketiga ini daerah yang dituju yaitu Sumbermanjing. Pada daerah ini, data yang diperoleh dengan GPS yaitu posisi S 08˚2100,1’’dan E 112˚4027,1’’dengan Altitude  295 m.
Berdasarkan pengamatan, didaerah ini banyak ditemui jenis batuan sedimen. Didaerah ini juga terdapat lapisan batubara yang belapis-lapis dengan batuan sedimen. Lapisan Batu bara terbentuk karena adanya pelapukan antara tanaman yang dipengaruhi oleh kelembapan. Hal ini berarti bahwa lapisan batu bara tidak akan terbentuk jika suhu terlalu tinggi. Batu bara di Desa Sumber Agung memiliki bentuk seperti arang. Namun batubara memiliki kandungan sulfur yang lebih tinggi dibandingkan dengan arang. Selain itu diketahui bahwa di desa Sumber Agung juga terdapat Kaolin. Kaolin (Al2Si2O5(OH)5) banyak digunakan sebagai porselen dan keramik.

Lapisan Batubara dengan batuan sedimen
Pada daerah ini, prinsipnya sama dengan hukum Horizontality dan Superposisi. Secara horizontality, lapisan ini terbentuk karena lapisan yang dibawah diendapkan lebih dahulu daripada yang diatasnya. Secara superposisi, lapisan batu tertua dilihat dari letaknya yaitu lapisan yang paling bawah dan lapisan termuda terletak dipaling atas.


Stopsite 4
Pada stopsite ke 4 ini berada di Desa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing. Posisi yang diperoleh di daerah ini yaitu S  08˚22’48,3’’ dan E  112˚4054,5’’dengan Altitude 51 m.
Berdasar dari pengamatan pada daerah ini terdapat gejala geologi yaitu berupa adanya patahan yang terletak pada tebing dengan kecuraman atau kemiringan yang tegak. Daerah ini juga berpotensi terjadinya longsor dan juga banjir. Hal ini dapat dilihat dari arah posisi berdirinya pepohonan kelapa, dimana kemiringan pohon kelapa tersebut menunjukan arah potensi terjadinya longsor.

  Kemiringan Pohon Menunjukan Arah Longsor
Stopsite 5
            Lokasi field trip yang ke-5 yaitu terletak di daerah Kedung Banteng. Posisi yang diperoleh dengan menggunakan GPS yaitu 02147,5’’ dan E  112˚4246,5’’ , Altitude  308 m.
          Jenis batuan berdasar pengamatan yaitu terdapat batuan Bentunit dan batuan kaolin. Batuan Kaolin ini berwarna merah kekuningan. Batuan ini terletak pada bukit kecil di halaman rumah penduduk. Batuan Bentunit biasanya dipergunakan sebagai bahan bangunan dan Batuan kaolin dipergunakan untuk bahan keramik. Batuan bentunit ini terletak dipingiran jalan dan sudah terbentuk bongkahan-bongkahan sedang berdiameter sekitar 30-40cm.  
Batuan Kaolin
Batuan Bentunit


Stopsite 6
Pada lokasi berikutnya terletak di daerah Sidomulyo dengan posisi yang diperoleh oleh GPS yaitu 02116,5’’ dan  E  112˚4501,3’’  ,Altitude : 390 m.
Untuk menempuh lokasi ini membutuhkan dengan jalan kaki yang cukup jauh,sekitar 1km. Daerah ini tepatnya dipinggiran kali kecil. Di daerah ini terdapat jenis batuan Zeolit. Terdapat gejala geologi yang dialami di daerah ini yaitu daerah ini kaya akan protein dan mineral. Batuan zeolit terbentuk karena adanya asosiasi dengan abu vulkanik. Batuan zeolit jika dibelah memiliki morfologi seperti brem ( ada banyak pori-pori kecil) yang bersifat sebagai penyerap. Selain itu zeolit juga dapat dicampurkan dalam makanan ternak seperti sapi. Karena zeolit dapat menaikkan nafsu makan ternak.


Batuan Zeolit

Stopsite 7
Pada lokasi selanjutnya yaitu stosite 7 terletak di daerah Sidoasri. Diperoleh posisi dengan menggunakan GPS yaitu 02149,5’’ dan  E  112˚4544,7’’ , Altitude : 96 m.
Perjalanan untuk menempuh daerah ini agak menanjak. Kemudian terdapat bukit-bukit kecil yang berbatu. Jenis batuan yang ditemui yaitu Batuan Malasit. Warna asli batuan ini sebenarnya abu-abu, namun karena efek dari terkena udara warnanya menjadi coklat kemerah-merahan. Daerah tempat survey batuan malasit ini dahulu adalah gunung.

Batuan Malasit


Stopsite 8
Pada lokasi terkhir yaitu kita menuju lokasi Pantai Tambak Asri yaitu berada di posisi 02315”  dan E  112˚4612,1’’ , Altitude   m  dengan menggunakan pengukuran GPS.
Untuk menyusuri lokasi ini, membutuhkan perjalanan yang cukup jauh. Melewati jalan yang hanya cukup untuk satu kendaraan saja, kemudian mendekati pantainya harus melewati jalan yang tanahnya bergelombang dengan pemandangan lahan gambut yang cukup luas. Pada daerah ini terdapat gejala geologi yaitu berupa peristiwa pengangakatan yang membuat sebuah tebing setinggi kira-kira 25m. Batuan lapisan bawah lebih tua daripada lapisan yang diatasnya, namun lapisan atas lebih kasar daripada lapisan bawah, hal itu dikarenakan lapisan atas menerima arus kuat dan lapisan bawah menerima arus lemah. terdapat juga peristiwa patahan dan sesar di daerah ini.  Batuan yang berada pada lokasi ini yaitu batuan Gamping.
 Pengankatan tebing
                     Batuan Gamping                                             
Perjalanan field trip geologi ini selesai di pemberhentian ke 8 di Pantai Tambakasri. Setelah penelitian selesai, peserta fieldtrip menyempatkan waktu untuk foto bersama dengan Pak Adi Susilo sebagai dosen pembimbing. Kemudian dilanjutkan perjalanan pulang ke Malang dan sampai di Himpunan Fisika sekitar pukul 20.00 WIB.

Peserta fieldtrip geologi dengan Pak Adi Susilo sebagai dosen pembimbing.






BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Batuan adalah kompunen utama pembentuk bumi. Setiap batuan memiliki keistimewaan dilihat dari penyusun dan fungsinya. Suatu daratan terbentuk dari endapan batuan dan karena adanya patahan. Dimana daratan tersebut akan memiliki karakteristik batuan dengan unsur-unsur yang sering dijumpai di laut.
Dari tiap-tiap desa di Malang Selatan dapat disimpulkan bahwa batuan yang terbentuk sebagian besar adalah batuan sedimen hasil pengendapan dari laut.
4.2 Saran
            Pendidikan dapat dilakukan secara teoritis dan praktek. Dalam ilmu geologi, proses pembelajaran dengan praktek sangat dibutuhkan agar lebih mengerti bagaimana morfologi suatu batuan. Disarankan kegiatan fieldtrip menjadi lebih sering diadakan.

1 komentar:

  1. sangat berguna bagi adik2 tingkatnya... makasih kakak :)
    kita bisa ngopast, hahahahaha
    #justkid

    BalasHapus